Kamis, 26 Januari 2012

MEMBUAT PUPUK

Membuat kompos dan Pupuk Organik

KOMPOS: Dari Tanah Kembali Ke Tanah
Catatan: Bahan ini digunakan untuk menjelaskan kompos pada petani, pekebun, atau masyarakat awam. Dibuat dengan bahasa yang lebih sederhana agar lebih mudah dipahami oleh petani. Semoga bermanfaat.

Apa itu kompos?
Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman.

Apa manfaat kompos?
Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa kompos.

Apa saja yang bisa dibuat kompos?
Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan. Bahan yang agak mudah alias agak sulit dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang.

Mengapa harus dikomposkan terlebih dahulu?
Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah, apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman. Kompos yang ‘setengah matang’ juga tidak baik untuk tanaman. Bahan organik harus dikomposkan sampai ‘matang’ agar bisa diserap haranya oleh tanaman. Prinsipnya adalah tanaman menyerap hara dari tanah, oleh karena itu harus dikembalikan menjadi tanah dan diberikan ke tanah lagi.

Bagaimana cara membuat kompos yang cepat, mudah, dan murah?
Membuat kompos sangat mudah. Secara alami bahan organik akan mengalami pelapukan menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun tergantung bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu perlakuan tambahan.
Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya cukup kecil dapat dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras, sebaiknya dicacah terlebih dahulu. Aktivator kompos harus dicampur merata ke seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat.
Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini sangat dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan yang kering lebih sulit dikomposkan. Akan tetapi kandungan air yang terlalu banyak juga akan menghambat proses pengomposan. Jadi basahnya harus cukup. Bahan juga harus cukup mengandung udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik aktivator kompos.
Untuk melindungi kompos dari lingkungan luar yang buruk, kompos perlu ditutup. Penutupan ini bertujuan untuk melindungi bahan/jasad renik dari air hujan, cahaya matahari, penguapan, dan perubahan suhu.
Bahan didiamkan selama beberapa waktu hingga kompos matang. Lama waktu yang dibutuhkan antara 2 minggu sampai 6 minggu tergantung dari bahan yang dikomposkan. Bahan-bahan yang lunak dapat dikomposkan dalam waktu yang singkat, 2 – 3 minggu. Bahan-bahan yang keras membutuhkan waktu antara 4 – 6 minggu. Ciri kompos yang sudah matang adalah bentuknya sudah berubah menjadi lebih lunak, warnanya coklat kehitaman, tidak berbau menyengat, dan mudah dihancurkan/remah.

Bagaimana cara penggunaan kompos?
Kompos yang sudah matang dapat langsung digunakan untuk tanaman. Tidak ada batasan baku berapa dosis kompos yang diberikan untuk tanaman. Secara umum lebih banyak kompos memberikan hasil yang lebih baik. Tetapi jika kompos akan digunakan untuk pembibitan atau untuk tanaman di dalam pot/polybag, kompos harus dicampur tanah dengan perbandingan satu bagian kompos : tiga bagian tanah.
Kompos dapat diberikan sebagai satu-satunya sumber hara tambahan atau lebih dikenal dengan istilah pertanian organik. Kompos yang diberikan sebaiknya dalam jumlah yang cukup, agar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Kompos juga bisa diberikan bersama-sama dengan pupuk kimia buatan. Pupuk kimia dapat dikurangi sebagian dan digantikan dengan penambahan kompos.
Kompos dapat diberikan ke tanaman apa saja, mulai dari tanaman pertanian, holtikultura, perkebunan, tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan kehutanan. Misalnya untuk tanaman: padi sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, kacang, kol, kentang, karet, kopi, sawit, kakao, tebu, aglonema, gelombang cinta, mangga, akasia, dan lain-lain.
link:

Kompos Jerami

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah menemukan bahwa kandungan bahan organik di sebagian besar sawah di P Jawa menurun hingga 1% saja. Padahal kandungan bahan organik yang ideal adalah sekitar 5%. Kondisi miskin bahan organik ini menimbulkan banyak masalah, antara lain: efisiensi pupuk yang rendah, aktivitas mikroba tanah yang rendah, dan struktur tanah yang kurang baik. Akibatnya produksi padi cenderung turun dan kebutuhan pupuk terus meningkat. Solusi mengatasi permasalah ini adalah dengan menambahkan bahan organik/kompos ke lahan-lahan sawah. Kompos harus ditambahkan dalam jumlah yang cukup hingga kandungan bahan organik kembali ideal seperti semula.

BUDIDAYA SAYURAN SKALA RUMAH TANGGA

Wira Usaha Budidaya Sayuran Skala Rumah Tangga


Budidaya tanaman tidak harus menggunakan lahan yang luas, tinggal bagaimana usaha yang kita rencana­kan bisa mendapatkan hasil, meski tanpa lahan. Hal ini bisa kita lakukan melalui tanam dengan menggunakan Pot, polyback maupun Vertikultur. Cara budidaya ini tidak memerlukan teknologi yang rumit, tapi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana.
Skala usaha memang dapat beragam dari usaha besar, sedang atau kecil-kecilan (skala rumah tangga).
Hal ini terungkap dalam acara Wedangan Patimura 2, Minggu (7/9) yang mengambil tema ”Wira usaha Budidaya Sayuran Skala rumah Tangga”. Sebagai narasumber Bp. Ir. A. Haryoto WA, MM bersama Tim dari Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen. Selain itu juga menghadirkan Bp. LA. Djumadi pembudidaya tanaman & buah-buahan dari lingkungan Tenggak.

Budidaya tanaman tak harus menggunakan lahan luas, bahkan tanaman organik itu bisa dihasilkan tanpa lahan, sebab tehnologi sekarang semakin canggih, yakni tanaman bisa ditanam dan menghasilkan yang melimpah, seperti model hydroponik, polibek dan tanaman dalam pot (tabulampot). Hal ini bisa dilakukan siapa saja termasuk mereka yang hidup di perumahan-perumahan dan tak punya lahan untuk menanam tanaman organikl.

Pada kesempatan tersebut disampai­kan tehnik budidaya sayuran organik tanpa lahan melalui sistim verticultur, pot/ polyback,, sistim hydroponik dan juga tahap-tahap pelaksanaan sistim hydrophonik arang sekam.

Mengapa organik? Disadari atau tidak selama ini masyarakat disuguhi makanan yang serba mengandung pestisida, yang tentunya kurang baik bagi kehidupan manusia. Makanan dari tumbuhan apapun kini bersentuhan dengan obat. Disamping kurang baik bagi kesehatan, juga merusak ekosistem.

Ke depan kita semua diajak untuk membangun semangat berpikir cerdas dan bertindak pintar. Di samping itu sekaligus menanggapi anjuran pemerintah kabupaten Sragen dimana penggunaan pupuk organik tetap ramah lingkungan dan sebab menyebabkan tanah menjadi gembur dan subur.

Tanaman organik Sragen terkenal di mana-mana karena beritanya bisa diakses melalui internet. Tak mengherankan  warga negara Malaysia berkunjung ke Sragen untuk study banding di tempat percobaan pemanfaatan tanah kering dan tandus di Dukuh Dayu untuk pengembangan tanaman jenis organik. Menurut pak Haryoto disamping tanaman organik untuk keperluan rumah tangga, bisa juga digunakan sebagai komoditi. Kalau sudah mengarah ke komoditas, harus mengerti pasca panen, mau dijual kemana tanaman tersebut.

pemanfaatan gambut

PEMANFAATAN GAMBUT SEBAGAI MEDIA TUMBUH BITUMAN (BIJI TUMBUH MANDIRI) DALAM RANGKA MENDUKUNG KEGIATAN REHABILITASI LAHAN KRITIS

Luas lahan kritis di Indonesia saat ini mencapai angka yang memprihatinkan. Dari data yang
ada, luas lahan mencapai 77,8 juta hektar terdiri dari agak kritis 47,6 juta hektar, kritis 23,3
juta hektar dan sangat kritis 6,8 juta hektar (Balitbang Kehutanan, 2008). Deforestasi
pengalihan lahan bervegetasi hutan menjadi lahan yang lebih terbuka merupakan salah satu
pemicu terjadinya degradasi Ia han yang dalam jangka panjang dapat melahirkan Ia han kritis.
Energi limpasan permukaan (run off) terutama di daerah bercurah hujan tinggi yang terus
menerus terjadi di musim hujan pada kawasan-kawasan lahan terdegradasi dapat mengikis
lapisan top soil tanah yang subur. Dalam jangka panjang, kondisi fisik tanah pada lahan
semacam ini akan berubah menjadi tanah tandus yang melahirkan lahan kritis baru yang
berakibat pada penurunan produktivitas dan penurunan fungsi ekologisnya.
Program perekayasaan gambut untuk media tanam BITUMAN ini diharapkan dapat
membantu mengatasi masalah prosentase tumbuh biji tanaman yang langsung ditanam
pada tanah tandus. Program ini dilakukan melalui suatu rangkaian kegiatan perekayaasaan
produk berupa media tanam padat dari gambut yang berisi biji tanaman reboisasi yang siap
ditebarkan di tanah-tanah tandus.
Tujuan dari kegiatan ini adalah penerapan teknologi pemanfaatan sumberdaya gambut
sebagai media tanam benih tumbuh mandiri dalam bentuk prototip produk briket semai
gambut untuk mendukung keberhasilan penanaman lahan kritis melalui program GNRHL
(Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan)
Sebagai media tanam, gambut mempunyai karakteristik fisik, kimia dan biologi yang lebih
baik dibandingkan dengan bahan organik lainnya seperti sabut kelapa, sekam padi, serbuk
gergaji dan sebagainya. Cocopeat adalah media tanam yang dibuat dari sabut kelapa. Oleh
karena itu, paling mudah ditemukan di negara-negara tropis dan kepulauan, seperti
Indonesia. Banyak manfaat yang bisa didapat dengan menggunakannya. Baik untuk
digunakan bersama tanah, atau berdiri sendiri. Cocopeat juga banyak dipilih sebagai
pengganti tanah. Cocopeat memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air. Ia juga
memiliki pori-pori, yang memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari.
Kandungan Trichoderma molds-nya, sejenis enzim dari jamur, dapat mengurangi penyakit
dalam tanah. Dengan demikian, cocopeat dapat menjaga tanah tetap gembur dan subur. Di
dalam cocopeat juga terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan
tanaman, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na) dan Fospor (P).
Media tumbuh yang telah dilekati oleh biji penerapan dilapangannya dapat dilakukan
dengan system tebar ataupun dengan metoda aeroseeding. Upaya dengan system ini, biji
dapat survive sendiri karena sudah dilengkapi dengan media tumbuh yang sudah
ditreatment terlebih dahulu. Selain secara ekonomi, aplikasi penyebaran biji tumbuh mandiri
dapat lebih efisien atau hemat dibandingkan dengan sistem reboisasi dengan sistem
konvensional. Hasil produksi media tumbuh yang didalamnya telah dimasukkan benih
tanaman, penerapannya digunakan untuk merehabilitasi lahan kritis atau reboisasi lahan.
Benih tanaman hutan yang telah dilapisi media tumbuh juga dapat digunakan untuk
mendukung reboisasi lahan kritis dengan metoda aeroseeding.
Metodologi penelitian dilakukan dalam beberapa tahap pengujian yaitu :
1. Formulasi Bahan Baku
2. Uji Kecambah
3. Uji Tumbuh
4. Uji Pemberian Nutrisi
5. Pengukuran Kelembaban
6. Uji Kompresi
7. Uji kapasitas Daya Simpan Air
8. Uji Waktu Penjenuhan dan Pelepasan Air
Gambut yang digunakan dalam pembuatan briket semai dipilih gambut yang berasal dari
Rawa Pening. Hal ini dikarenakan pengambilan gambut dari Rawa Pening dianggap tidak
merusak lingkungan dan bahkan mempertahankan kedalaman danau dan mengimbangi
adanya proses euthropikasi. Sedangkan cocopeat yang digunakan didapat dari Yogyakarta
maupun dari Lampung. Cocopeat yang digunakan merupakan limbah pengolahan serat
sabut kelapa sehingga penggunaannya untuk briket semai akan bersifat ramah lingkungan.

pengertian agribisnis

Agribisnis

Usaha tani seringkali memerlukan modal besar untuk menekan risiko gangguan alam, seperti pembuatan tudung plastik raksasa ini.
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Istilah "agribisnis" diserap dari bahasa Inggris: agribusiness, yang merupakan portmanteau dari agriculture (pertanian) dan business (bisnis). Dalam bahasa Indonesia dikenal pula varian anglisismenya, agrobisnis.
Objek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme lainnya. Kegiatan budidaya merupakan inti (core) agribisnis, meskipun suatu perusahaan agribisnis tidak harus melakukan sendiri kegiatan ini. Apabila produk budidaya (hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut pertanian subsisten, dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif. Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
Dalam perkembangan masa kini agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan saja karena pemanfaatan produk pertanian telah berkaitan erat dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan energi.

tips tambulampot

Tips Membuat Tabulampot Rajin Berbuah

Mangga
Menurut Ir Af Margianasari, kepala bagian kebun produksi dan penelitian taman wisata Mekar Sari Cileungsi, Bogor, setidaknya ada lima jurus yang mesti diterapkan agar tabulampot tumbuh subur, dan berbuah lebat.
1. Pastikan Bibit Tanaman yang akan ditanam merupakan bibit yang baik
Percuma saja anda mengerahkan perhatian dan ketelatenan jika tanaman buah itu berasal dari tanaman mandu. Ia tak akan berbuah. Anda juga perlu mengetahui karakteristik buah tersebut. Jangan sampai tanaman dataran tinggi ditanam di dataran rendah. Tak akan cocok. Seperti stroberi yang merupakan tanaman dataran tinggi. Jika ditanam di Jakarta akan sulit berbuah karena iklimnya tidak cocok.
2. Perhatikan Media Tanam
Media tanam tabulampot harus sering ditambah dan rajin diberi ‘makan’ berupa pupuk. Media tanamnya jangan cuma tanah. Kalau cuma tanah, tabulampot sulit berbuah. Sebab, kondisi tanah belum tentu baik dan cocok bagi Bibit tanaman.
Untuk media tanam, sebaiknya gunakan tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dan sekam padi. Perbandingan tanah, pupuk dan sekam adalah 1:2:3
3. Rajin Menyiram Setiap Hari
Jangan menyiram tabulampot hanya di daun, tapi di media tanamnya karena yang membutuhkan air adalah akar tanaman. Selain penyiraman rutin, tabulampot juga butuh cahaya matahari. Bila jarang kena sinar matahari tabulampot malas berbuah.
4. Perhatikan Ukuran Pot
Tentu saja, ukuran pot haruslah proporsional. Jangan sampai, tanamannya besar tapi wadahnya kecil. Ini bisa membuat tanaman kurang gizi.
5. Beri Pupuk Secara Teratur
Untuk pupuk organik –berupa pupuk kandang atau kompos- berikan setahun dua kali, setiap enam bulan. Sedangkan, pupuk anorganik yaitu npk, diberikan setiap tiga bulan. Berapa takarannya? Sekadar gambaran, tabulampot dengan wadah drum, beri pupuk organik sebanyak 5 kg. Sedangkan takaran pupuk anorganik, sekitar 3-5 sendok makan setiap kali pemberian. (republika 200708)
Jambu Air

bercocok tanam di halaman rumah

Bercocok tanam di halaman rumah

Dinding
Berkebun atau bercocok tanam telah menjadi pilihan bisnis yang cukup menjanjikan, terutama sejak krisis ekonomi melanda negeri kita. Dan agribisnis ini bisa menjadi mata pencaharian yang hasilnya tentu saja menguntungkan. Pilihan ini cocok bagi anda yang telah menjalani masa pensiun, ibu rumah tangga yang ingin mengisi waktu luang, atau bagi anda yang memang ingin serius dalam agribisnis.
Bagi anda yang tertarik beragribisnis, sementara anda tidak memiliki lahan yang luas, jangan membatalkan keinginan anda. Karena ternyata pekarangan rumah anda pun dapat dijadikan arena bercocok tanam. Caranya? Ikuti deh tips dari pakar perkebunan di bawah ini:
*Sesuaikan jenis pohon yang akan ditanam dengan lahan yang ada. Jika anda memiliki lahan yang luas, menanam pohon yang besar atau kecil bukanlah masalah. Tetapi jika lahan anda terbatas, tanamlah pohon-pohon yang kecil. Di lahan yang sempit, jangan menanam pohon dengan lingkar batang yang terlalu besar dan tinggi.
*Jika ingin menanam sayuran, perhatikan letak dan ukuran ketinggian lahan anda. Jika lahan anda berada di dataran rendah, jangan menanam jenis sayuran untuk di dataran tinggi. Begitu juga sebaliknya.
*Perhatikan kurun waktu tumbuh dan masa produktif tanaman. Jika waktunya panen, perhatikan tahap-tahap menanamnya hingga regenerasi pohon terus berlanjut. Jika ingin menanam buah, pohon pepaya dan jeruk sitrun bisa jadi pilihan. Pohon ini tumbuh tidak terlalu tinggi dan lingkar batangnya pun tidak terlalu besar. Buahnya pun dapat dipanen secara berkala dalam jangka waktu yang relatif panjang, hingga tidak perlu menggantinya dengan tanaman baru.
*Umumnya tanaman tumbuh di atas tanah. Tapi sebenarnya tanah hanya salah satu media untuk cengkeraman akar. Dalam kata lain, tanah bisa diganti dengan media lain asalkan unsur hara atau nutrisi yang dibutuhkan tetap ada. Media pengganti itu bisa berupa kompos alam, sedimen atau endapan lumpur dari dasar saluran air di depan rumah yang tentu saja tidak tercemar minyak atau oli.
*Media tersebut membutuhkan tempat atau wadah yang sesuai dengan jenis tanaman. Bisa berupa pot atau wadah-wadah lain seperti ember, drum (untuk buah), potongan ban mobil, kaleng bekas, baskom ataupun kantong plastik hitam.
*Untuk memperoleh bibit, bisa didapat dengan berbagai cara. Untuk jenis pohon buah, bibit dapat diperoleh dengan menyetek atau mencangkok langsung dari induk pohonnya. Untuk jenis tanaman bumbu dapur, seperti jahe, lengkuas, kunyit, cabai, dll, bibit dapat diperoleh dari sisa atau potongan bumbu aslinya dan bisa langsung ditancapkan ke tanah atau media lain. Untuk jenis sayur mayur semusim yang lebih khusus seperti terung, kangkung, selada, kol, kacang panjang, dll, bibitnya dapat dibeli di toko-toko pertanian di kota anda.
*Jika sudah siap, rawatlah tanaman anda dengan baik. Siramlah tanaman anda dua kali sehari, pagi dan sore. Perhatikan pertumbuhannya dari ke hari dan jangan biarkan hama atau ‘tangan jahil‘ mengganggu tanaman anda.
Sebelum anda memulai bercocok tanam, ada baiknya anda konsultasikan dulu dengan orang yang ahli dalam pertanian. Kemudian ajak anggota keluarga anda untuk berpartisipasi mengelola lahan ini. Selamat bercocok tanam.

PRODUKTIVITAS TANAH

Kecenderungan praktik pertanian dan perkebunan semakin terdesak kearah lahan yang marjinal atau lahan yang sudah mengalami penurunan kesuburan tanahnya akibat unsur-unsur dalam tanah terangkut oleh buah panen yang tidak dikembalikan lagi ke lahan serta efek sampingan dari penggunaan pupuk kimia dengan tanpa ada perbaikan struktur dan kimia tanah. Maka sangat diperlukan perlakuan terhadap tanah (Soil treatment) untuk mengembalikan atau memperbaiki kesuburan lahan tersebut menjadi kembali produktif sehingga tanaman perkebunan akan lebih ekonomis dengan meng-optimumkan kondisi iklim yang dialami oleh lahan perkebunan. Tata cara industri perkebunan lama mulai bergeser menuju tata cara pertanian yang sehat dan berkualitas yang ramah lingkungan. Transformasi tata cara pertanian lama, telah beralih menuju tata cara dengan meningkatan produktivitas tanah untuk mendapatkan produktivitas panen maksimal yang ekonomis.
Dalam beberapa dekade terakhir ini, pemakaian pupuk kimia dipertanian dunia terus meningkat penggunaannya, sehingga ekologi tanah menjadi terganggu yang menimbulkan dampak penurunan kualitas dan kuantitas produksi pertanian dan jumlah produksi secara terus menerus. Saat ini para pelaku dibidang pertanian mulai menyadari cara pemupukan dengan pupuk kimia yang berlebihan yang terus menerus terbukti tidak baik, hal ini mendorong laju perubahan tata cara lama dengan tata cara baru, yaitu berupaya mengembalikan keseimbangan ekologi tanah untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi industri perkebunan dengan mengembalikan atau memperbaiki ekologi tanah menjadi lebih produktif dan ekonomis.

Fisiologi akar
Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan bahan-bahan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Walaupun memiliki sumbangan yang sangat penting, seringkali akar tidak dipedulikan karena akar tidak tampak, maka tidak dipikirkan. Dengan mengubah kondisi lingkungan perakaran maka terdapat lebih banyak kesempatan untuk merangsang pertumbuhan tanaman karena akar akan mendukung secara maksimal faktor-faktor kebutuhan bagi pertumbuhan tanaman dan pertumbuhan panjang dan lingkar akar umumnya ber-analogi dengan dengan pertumbuhan dan lingkar pada puuknya. Pertumbuhan akar lebih banyak dipengaruhi oleh hambatan mekanis tanah karena akar sulit menembus celah-celah tanah yang memiliki kepadatan yang tinggi, kelembapan, aerasi, tingkat kandungan (mikro)organisme dan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah lingkungannya.

KESUBURAN TANAH

Lahan adalah matrik tempat tanaman berada. Tanpa lahan, tanaman perkebunan tidak akan ekonomis untuk diusahakan secara komersial. Lahan yang optimal untuk perkebunan harus mengacu pada 5 faktor, yaitu :

-          Lingkungan
-          Sifat fisik lahan
-          Sifat kimia tanah
-          Sifat Biologi tanah
-          Unsur-unsur hara dalam tanah

Selain faktor iklim yang meliputi 4 hal, yaitu :

-          Sinar matahari
-          Suhu udara
-          Udara
-          Air atau curah hujan

Istilah “kesuburan tanah” merupakan suatu sifat atau keadaan kompleks yang harus diusahakan tetap optimum. Komponen kesuburan tanah mencakup kedalaman solum tanah, struktur tanah, kandungan hara, kapasitas simpan, kandungan humus, jumlah dan kegiatan (mikro)organisme tanah dan kandungan unsur beracun.

  • Kedalaman solum tanah, menunjukkan berapa volume tanah yang dapat dilalui oleh sistem perakaran tanaman.
  • Struktur tanah, berdasarkan pada ukuran penyebaran dan pembentukan agregat partikel. Hal ini menunjukkan penyebaran dan ukuran pori-pori tanah yang penting dalam penyediaan air dan udara bagi akar.
  • Reaksi tanah, yang merupakan indikator dan pengatur proses kimia dalam tanah
  • Kandungan hara, dalam tingkat ketersediaan yang berbeda.
  • Kapasitas simpan (storage capacity), unsur hara terlarut, baik yang berasal dari pupuk maupun dari dalam tanah.
  • Kandungan humus, dan kualitasnya (termasuk perbandingan dalam bentuk yang dapat mengalami mineralisasi).
  • Jumlah dan kegiatan (mikro)organisme tanah, sebagai agen proses transformasi dalam tanah.

Tanah produktif yang kesuburan tanahnya tinggi, baik secara almiah dan/atau karena perbuatan manusi, terutama disebabkan karena adanya sifat-sifat berikut.

  • Hara dalam tanah bersifat mobil dan mudah tersedia
  • Kemampuan tanah untuk merubah pupuk menjadi bentuk-bentuk yang tersedia.
  • Kemampuan tanah dalam menyimpan hara terlarut dalam air tanah dari proses pencuian.
  • Kemampuan tanah untuk menyimpan dan menyediakan air bagi tanaman.
  • Kemampuan memelihara aerasi tanah yang baik untuk menjamin ketersediaan oksigen bagi akar.
  • Kemampuan tanah untuk tidak mengikat hara dan mengubahnya menjadi bentuk-bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman.

Upaya pemanfaatan kesuburan tanah dalam konteks pertanian/perkebunan harus memberikan jaminan produksi yang tinggi, konsisten dan lestari. Oleh sebab itu pembenahan tanah yang berimbang sangat dibutuhkan untuk merubah ekologi tanah menjadi layak dan ekonomis untuk diusahakan secara komersial.
Keseimbangan ekologi tanah yang merupakan faktor utama indikator kesuburan tanah terdiri :

-          Sifat Fisik tanah
-          Sifat Kimia tanah
-          Sifat Biologi tanah

FAKTOR KESEIMBANGAN EKOLOGI TANAH

Sifat Fisik Tanah

Tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu: bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya masing-masing berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah.
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Batuan dapat dibedakan menjadi batuan beku atau batuan vulkanik, bataun endapan dan batuan metamorfosa. Batuan vulkanik di Indonesia umumnya terdiri dari mineral-mineral yang banyak mengandung unsur hara tanaman.
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah, berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan (mikro)organime di dalam tanah yang biasa disebut humus. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3 – 5 persen, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah:

-          Sebagai granulator  tanah – yaitu memperbaiki struktur tanah
-          Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain
-          Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
-          Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah menjadi tinggi)
-          Sumber energi bagi mikro organisme

Kandungan bahan organik lahan pertanian kita saat ini sudah sangat kritis karena terkondisi oleh beberapa hal, sehingga harus segera dikembalikan kandungan humusnya, mengingat pengaruh terhadap sifat-sifat tanah seperti di atas. Salah satu komponen bahan baku terbesar pembenah tanah organik granular RABOG adalah asam humic, yang telah diolah menjadi suatu pembenah tanah organik yang instant dan bereaksi cepat pada tanah dan telah ter-uji pada beberapa tahun kebelakang dengan menunjukkan perbaikan struktur tanah yang baik, sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang sangat memuaskan. Tingkat kepadatan tanah dengan terbentuknya granulasi tanah atau terjadinya kolodial tanah merupakan indikator bahwa sifat phisik tanah telah menjadi lebih baik setelah dilakukan perlakuan perbaikan struktur tanah untuk menjadi media akar berkembang secara maksimal bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Hal ini karena dengan terbentuknya granulasi tanah maka akan tercipta, kelembapan dan aerasi tanah yang baik bagi media akar.
Air, sangat penting bagi tanaman budidaya yang tumbuh dengan cepat terutama terdiri dari air. Kandungan air bervariasi antara 70% dan 90%, tergantung pada umur, spesies, jaringan tertentu dan lingkungan. Karena adanya kebutuhan air yang tinggi dan pentingnya air, tumbuhan memerlukan sumber air yang tetap untuk tumbuh dan berkembang. Setiap kali air menjadi terbatas, pertumbuhan berkurang dan biasanya berkurang pula hasil panen tanaman budidaya. Perakaran tanaman tumbuh ke dalam tanah yang lembab dan menarik air sampai tercapai potensial air kritis dalam tanah. Air yang dapat diserap dari tanah oleh akar tanaman, disebut air potensial. Ketersediaan kelembapan tanah dipengaruhi oleh sifat kolodial (yaitu luas permukaan partikel-partikel tanah).
Pembenah tanah organik granular RABOG apabila terserap dan larut kedalam tanah akan segera membentuk granulasi pada tanah, atau tanah akan memiliki luas permukaan partikel-partikel tanah menjadi lebih besar, sehingga tanah akan memiliki kelembapan tanah yang lebih besar atau dengan kata lain tanah akan menjadi tandon air sebagai sumber air yang tetap untuk pertumbuhan dan berkembang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembenah tanah organik granular RABOG sangat cocok untuk lahan perkebunan yang tidak memiliki sistem drainase seperti pada sawah teknis, yang air hanya didapatkan dari curah hujan, sehingga tanah lahan tersebut dapat berfungsi sebagai tandon air setelah mendapatkan air dari curah hujan dan akan menyediakan air untuk akar pada saat musim kemarau atau dengan kata lain pembenah tanah organik granular RABOG akan menciptakan sumber air yang tetap bagi tanaman.
Udara dan air mengisi pori-pori tanah. Banyaknya pori-pori tanah kurang dari 50% volume tanah, sedang jumlah air dan udara di dalam tanah berubah-ubah. Tanah-tanah tergenang air semua pori-pori tanah diisi air, sedang pada tanah lembah atau kering ditemukan air terutama pada pori-pori mikro sedang udara mengisi pori-pori tanah yang tidak terisi air, Jelas bahwa pada lahan perkebunan yang tanah tergenang air, dengan terbentuknya granulasi tanah oleh material humus akan terjamin ketersediaan udara tanah untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman.  

Sifat Kimia Tanah

Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan selama ini menyebabkan penurunan pH tanah terutama oleh pupuk nitrogen , sehingga menimbulkan proses-proses kimia yang menghasilkan senyawa kimia yang tidak tersedia bagi tanaman sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman tidak tercukupi walaupun sudah diberikan pupuk yang cukup.
Humus yang merupakan salah satu bahan baku pembenah tanah organik granular RABOG merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur) berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya menahan unsur hara yang tinggi. Tingginya daya menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena mempunyai beberapa gugus aktif terutama gugus karboksil.

Beberapa reaksi dibawah ini sebagai bagian dari banyak reaksi yang terjadi pada proses pertumbuhan tanaman untuk menghasilkan unsur-unsur makro yang tersedia:  

Amonifikasi
Dalam melakukan kegiatan memperoleh energi dan juga nitrogen dapat digambarkan sebagai berikut;

Hidrolisis
R-NH2  +  HOH          Enzimatik      ROH  + NH3  + Energi


Kombinasi Amino


2NH3  +  H2CO3                                 (NH4)2CO3                              2NH4+    +    CO3-

Reaksi ini berlangsung lancar sekali bila tanah berdrainase dan beraerasi baik dan banyak mengandung kation basa ( KTK tinggi ). Pembenah tanah organik RABOG  granular yang memiliki nilai KTK yang tinggi akan membesar terjadinya proses amonifikasi diatas untuk menghasilkan nitrat yang merupakan senyawa dalam bentuk tersedia dan tidak mudah tercuci. Dibawah ini adalah proses pengaruh pH tanah terhadap ketersediaan phospat untuk tanaman dalam tanah:

Pengendapan oleh Ion-Ion besi, Almunium dan Mangan.
Reaksi kimia yang berlangsung antara besi dan almunium larut dengan H2PO4- mungkin menghasilkan hidroksi-fosfat. Ini dapat disajikan sebagai berikut dengan menggunakan kation alumunium sebagai contoh :

Al3+     +   H2PO4-  +    2H2O                          2H+   +   Al(OH)2 H2PO2
     ( Larut)                                                           ( Tidak larut )

Pada tanah masam berakibat reaksi di atas berjalan cenderung ke kanan membentuk lebih banyak senyawa pospor tidak tersedia. Dengan demikian hanya sejumlah kecil H2PO4- tersisa dan merupakan bagian yang tersedia bagi tanaman.

Pengikatan oleh ion Hidro-Oksida
Senyawa dibentuk sebagai hasil fiksasi oleh oksida besi dan almunium adalah fosfat-Hidroksil, seperti halnya dengan pengendapan kimia yang telah dibicarakan. Pembentukannya dapat dilukiskan melalui persamaan berikut, bila kita sajikan hidro-oksida sebagai Al(OH)3+

Al(OH)3       +        H2PO4-                                          Al (H2PO4)    +   OH-
                              (Larut)                                           (Tidak larut)

Dengan cara ini dan reaksi yang sama, pembentukan mineral Phospat yang mengandung besi atau almunium atau kedua-duanya dianggap terjadi di alam.
Berdasarkan proses kimia di atas, maka pH tanah sangat menentukan terjadinya ikatan pospor dengan besi, almunium dan lainnya yang menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
Pembenah tanah organik RABOG merupakan (soil treatment) yang akan menciptakan nilai pH dan KTK tanah yang baik sehingga membuat kemampuan tanah untuk menguraikan unsur-unsur hara tanah menjadi dalam bentuk tersedia dan tidak mudah tercuci.

Sifat Biologi Tanah

Kandungan biologi tanah untuk mendukung proses biokimia pada pertumbuhan tanaman sangat menentukan hasil panen dari suatu tanaman budidaya. Pencemaran lingkungan tanah oleh penggunaan pupuk kimia yang berlebihan selama ini  mengganggu keseimbangan ekosistem biologi tanah, sehingga proses-proses bio-kimia dalam tanah bagi proses pertumbuhan tanaman menjadi terganggu pula. Hal ini berdampak, terhambatnya ketersediaan nutrisi tanaman dalam tanah menjadi berkurang tersedia. Pembenah tanah organik granular “RABOG” yang dilengkapi dengan mikroba-mikroba untuk membantu proses bio-kimia bagi ketersediaan nutrisi bagi tanaman dan termasuk adanya kandungan zat perangsang tumbuhan (ZPT) akan memperkaya kandungan biologi tanah dan merangsang tumbuhnya bakal buah yang maksimal.
Sebagai contoh proses biokimia penguraian garam nitrogen menjadi bentuk tersedia dibawah ini,
Nitrifikasi, pada proses nitrifikasi akan terhambat, hanya reaksi pertama saja yang berlangsung normal. Jadi Nitrit akan menimbun dan berhenti bila seluruh nitrogen-amonium telah dioksidasikan. Hanya setelah itu reaksi kedua akan berlangsung dengan kecepatan lambat yang menimbulkan pengaruh buruk bagi tanaman (ion ini beracun pada tanaman), sehingga pola pemupukan dengan pupuk Nitrogen pada tanah terus-menerus menimbulkan deposit Nitrit yang cukup besar disamping proses hasil dari proses nitrifikasi dari material organic yang ada pada tanah.

2NH4+ + 3O2                                 2NO2- + 2H2O + 4H+                                  ( 1 )
2NO2- + O2                                    2NO3-                                                                   ( 2 )

Persamaan (1) dilakukan oleh Nitrosomonas spp dan persamaan (2) oleh Nitrobacter spp.

Pengapuran tanah masam tidak memperbaiki kapasitas nitrifikasinya secara berarti sebelum tanah tersebut diinokulasi dengan bakteri penitrifikasi atau dengan kata lain persamaan (2) di atas tidak akan terjadi walaupun diberikan pengapuran pada tanah masam seandainya bakteri nitrifikasi tidak ada atau kurang memadai didalam tanah. Pembenah tanah organik granular RABOG mengandung berbagai macam mikroorganisme non-patogen dan bahan organic yang merangsang kehidupan bakteri nitrifikasi yang cukup pada tanah, maka dengan perlakuan dengan pembenah tanah organik granular RABOG sebagai aktivator terciptanya ekosistem bakteri penitrifikasi dengan tetap mempertahankan pH yang dikehendaki untuk reaksi nitrifikasi diatas sangatlah penting, sehingga timbunan nitrit dari reaksi sebelumnya dapat terjadi reaksi (2) yang menjadi tersedia bagi tanaman.

Ketahanan Tumbuhan

Ketahanan dapat mempunyai beberapa macam bentuk. Suatu tanaman mungkin tahan terhadap infeksi suatu patogen. Sebaliknya ada kemungkinan juga bahwa tanaman yang tahan itu dapat terinfeksi, tetapi tanaman dapat membatasi aktivitas patogen sehingga tidak dapat membiak dengan bebas dan tidak dapat menyebabkan kerusakan berat yang menimbulkan kerugian berarti. Jika pembiakan patogen terhambat, patogen tidak dapat meluas, sehingga pertanaman secara keseluruhan relatif bebas dari penyakit. Tingkatan-tingkatan ketahanan dan kerentanan suatu kultivar bukanlah merupakan suatu hal yang tetap. Ini sangat dipengaruhi oleh keaadaan luar.
Ketahanan tumbuhan dikenal tiga macam ketahanan terhadap penyakit, yaitu ketahanan mekanis, ketahanan kimia, dan ketahanan fungsional. Ketahanan mekanis dan ketahanan kimiawi dapat terdiri atas ketahanan pasif dan ketahanan aktif. Pada ketahanan pasif atau statis sifat-sifat yang menyebabkan tumbuhan itu tahan sudah terdapat sebelum infeksi terjadi. Sedang pada ketahanan aktif sifat-sifat tersebut baru terjadi setelah tumbuhan terinfeksi. Dari hasil aplikasi Kompos Organik Granular “RABOG” yang langsung dapat diamati adalah ketahanan mekanis yang pasif, dengan ditunjukkannya lapisan lilin pada daun dan batang yang lebih tebal. Tumbuhan yang mempunyai ketahanan mekanis pasif mempunyai struktur-struktur morfologi yang menyebabkan sukar terinfeksi oleh patogen. Adanya lapisan lilin pada permukaan kutikula menyebabkan permukaan tumbuhan tidak basah pada waktu hujan. Ini dapat menghindarkan berkecambahnya spora jamur, sedangkan bakteri, zoospora jamur dan nematoda tidak dapat berenang ke tempat yang memungkinkan terjadinya infeksi. Susunan kimia lilin juga berpengaruh terhadap ketahanan.
Kompos Organik Granular “RABOG” menimbulkan rangsangan terhadap antagonis dengan perubahan lingkungan, atau dengan kata lain merubah kelembaban tanah dapat mempengaruhi perkembangan pathogen secara :
-          Suatu pengaruh terhadap antagonisme mikroba
-          Suatu peningkatan dekomposisi dari sistem perakaran yang sakit
-          Suatu penurunan konsentrasi oksigen akibat peningkatan aktifitas mikroba dalam tanah
-          Terbentuknya zat yang meracun pthogen
-          Suatu pengaruh pada resistensi tanaman melaluli suatu perubahan dalam ketersediaan nutrisi.

Kesimpulan

  • Dengan mengaplikasikan pembenah tanah organik granular RABOG yang berbahan baku humus berarti mengembalikan humus atau menambah kandungan humus ke dalam tanah akan dapat memperbaiki struktur tanah yang menimbulkan perbaikan sifat phisik tanah sehingga kepadatan tanah dapat terkurangi, kelembapan tanah dapat dipertahankan pada musim kemarau dan kandungan oksigen dalam tanah tercukupi. Kondisi tersebut akan memberikan rangsangan pertumbuhan akar menjadi optimum dan akan merangsang pertumbuhan tanaman menjadi optimum pula.
  • Humus memiliki nilai tukar kation yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kemampuan tanah menyimpan unsur hara tersedia pada tanah. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa dengan sifat kimia tanah yang terbaiki akan merangsang tanaman budidaya untuk tumbuh dan berkembang dengan maksimum.
  • Pembenah tanah organik granular RABOG dilengkapi oleh (mikro)organisme yang dapat melancarkan proses biokimia dan perangsang tumbuh endoderm, eksoderm selama tanaman budidaya tersebut tumbuh dan berkembang.
  • Pembenah tanah organik granular RABOG dapat menumbuhkan tumbuhan yang tahan terhadap penyakit dengan adanya kemampuan akan ketahanan tumbuhan secara mekanis yang pasif, dengan timbulnya lapisan kutikula pada daun dan batang yang tebal untuk menghambat patogen.
  • Penggunaan pupuk kimia dapat dikendalikan secara ekonomis dan tepat tanpa mengganggu produktifitas tanaman sebelumnya.

Apa yang kami tawarkan untuk konsumen kami?

Kami akan membantu konsumen untuk memperkecil biaya sistem pupuk kimia dengan mengatur dan menggunakan pembenah tanah organik RABOG serta hasil produksi pertanian yang optimum yang berkualitas dan ekonomis.


Bagaimana kami mendukung kepada konsumen kami?

Konsultasi

Kami akan membantu konsumen kami untuk beradaptasi dengan teknologi pembenahan tanah sistem organik yang kami miliki. Tahap pertama adalah mengatur ulang proses tata cara pertanian, mengamati kesesuaian penerapan perlakuan dan memberikan pengawasan menyeluruh. Bekerjasama dengan kami untuk menciptakan sistem pertanian yang baik dan tepat.

Kami akan memberikan solusi dalam bentuk rekomendasi pada lingkungan industri pertanian. Pada tahap ini materi penerapan teknologi aplikasi dapat disosialisasikan kepada perusahaan industri pertanian maupun konsumen perorangan. Kami akan menyiapkan cara terbaik untuk pertanian anda.

Pelayanan pendukung

Kami memperhatikan hal-hal yang penting dalam kepuasan konsumen : mengantisipasi masalah, respon yang cepat, solusi yang akurat untuk setiap masalah dan perhatian penuh kepada konsumen.


Industri pertanian apa saja yang membutuhkan produk pembenah tanah organik granular?

Pertanian Tanaman Pangan
Pertanian Hortikultura
Perkebunan Tebu
Perkebunan kelapa sawit
Perkebunan coklat
Perkebunan tanaman industri serat
Perkebunan karet
Reboisasi dan penghijauan lahan kritis

BUDIDAYA BAWANG MERAH

I. BUDIDAYA BAWANG MERAH
Budidaya bawang merah merupakan usaha yang sangat menguntungkan dan sekaligus mengandung resiko tinggi terhadap kerugian.  Kegagalan dalam budidaya bawang merah dapat terjadi pada : pola tanam, pemilihan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, perawatan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pemanenan dan penanganan pasca panen.  Rata-rata produksi bawang merah di pulau jawa adalah 7,42 – 9,94 ton/ha, hal ini masih dibawah rata-rata potensi hasil bawang merah (Deptan, 2004). Untuk itu penanganan yang terintegrasi pada masing-masing tahap adalah sangat menentukan keberhasilan petani bawang merah.
1..Pola Tanam
Pola tanam bawang merah disesuaikan dengan tujuan penanaman, yaitu bawang merah konsumsi dan bawang merah bibit.
Rotasi tanam sangatlah penting  serta  pengelolaaan tanam secara serempak akan menjamin kesuburan tanah dan pengendalian hama dan penyakit. Produktifitas lahan yang tinggi perlu diupayakan dengan menjaga tanah tidak boleh dibiarkan memiliki salinitas tinggi dan drainase jelek.


Contoh pergiliran tanaman :
No.
Bulan
Tanaman
Tujuan
1.
Desember - Maret
Padi
Tanaman pangan
2.
Maret - Mei
Padi/Jagung
Tanaman pangan
3.
Juni - Agustus
Bawang merah
Konsumsi
4.
September - Nopember
Bawang merah
Bibit

2..Pemilihan Bibit
Pada umumnya bawang merah bawang merah diperbanyak dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah.  Umbi bibit yang baik adalah harus diperoleh dari tanaman yang sudah cukup tua umurnya, yaiti sekitar 70 – 80 hari setelah tanam.  Umbi bibit sebaiknya berukuran sedang (5 – 10 gram/umbi).  Penampilan umbi harus segar dan sehat  (padat dan tidak keriput) dan warnanya cerah (tidak kusam). Umbi bibit siap ditanam jika sudah disimpan selama 2 – 4 bulan setelah panen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi.  Cara penyimpanan umbi bibit yang baik adalah dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau disimpan di gudang khusus dengan menggunakan pengasapan.
Faktor yang cukup menentukan kualitas umbi bibit bawang merah adalah ukuran umbi.  Berdasarkan ukuran umbi dapat digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu :
-          Umbi ukuran besar     ; Diamater > 1,8 cm atau > 10 gram
-          Umbi ukuran sedang   : Diameter  1,5 – 1,8 cm atau 5 – 10 gram
-          Umbi ukuran kecil       : Diameter < 1,5 cm atau < 5 gram
Secara umum umbi yang baik adalah yang berukuran sedang.  Umbi berukuran sedang adalah merupakan umbi ganda  dengan rata-rata terdiri dari 2 siung umbi, sedang umbi besar rata-rata memiliki 3 siung umbi.
Banyaknya umbi bibit yang diperlukan dapat diperhitungkan berdasarkan jarak tanam dan berat umbi bibit.  Kebutuhan umbi bibit tiap hektarnya berkisar 600 – 1.200 kg.

3..Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah pada umumnya dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya bawang merah .
a..Pemanfaatan lahan berat (struktur liat)
Tanah liat memiliki daya pegang yang kuat terhadap air, maka pembuatan got/saluran drainase memegang peranan penting bagi pertumbuhan bawang merah.  Pembuatan got keliling, got antar bedengan , kedalaman got dan lebar bedengan harus mampu menjamin kelembaban tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh bawang merah. Pada umumnya pengolahan tanah pada tanah liat adalah dengan menggunakan sistim cemplong dengan pengolahan sebagai berikut :
a.      Tanah dicangkul atau dibajak tipis
b.      Pembuatan got keliling dengan lebar 40 cm dan kedalaman 90-100 cm.
c.       Cemplong  (got) jarak antar bedengan 60 cm dan dalam 30 – 40 cm dan tanah dinaikkan ke atas petak. Sedangkan lebar bedengan 2900 cm.
d.      Cecel (kecrik) pada tanah yang telah dinaikkan  dari tanah hasil cemplong yng telah dikeingkan.
e.      Cecel II (kecrik II)  pada tanah yang telah dikecrik I sehingga diperoleh gumpalan tanah yang lebih kecil.
f.        Perataan tanah dengan cangkul sehingga diperoleh hasil tanah yang bertekstur remah.
g.      Sosrok, membuat jarak tanam yang disesuaikan dengan diameter umbi bibit, makin besar umbi bibit maka makin jarang jarak tanam.

b..Pemanfaatan lahan ringan (struktur berpasir)
Tanah ringan memiliki sifat kemampuan ikat pada air lebih kecil, maka pemanfaatan lah dapat menggunakan sistim bedeng dengan kedalaman saluran drainase yang lebih dangkal dan lebar saluran drainase yang lebih sempit, namun pembuatan got keliling harus lebih dalam dari pada saluran drainase antar bedengan guna menampung lapisan tanah atas yang ikut larut selama pengairan lahan tanaman bawang merah.
a.      Tanah dicangkul/dibajak sedalam 30 cm, dan dipetak-petak
b.      Bedengan dibuat dengan ukuran 1 – 2 m dan panjang disesuaikan.
c.       Dibuat parit tepi (saluran drainase) disekeliling petak dengan ukuran  lebar 60 cm dan kedalaman 50 cm.
d.      Got (saluran air) dalam petak, lebar 50 cm dan dalam 40 cm.
e.      Tanah diratakan dan dibuat bagian tengan agak tinggi (geger welut)
f.        Membuat jarak tanam disesuaikan dengan diameter bibit, makin besar bibit maka lebih besar jarak tanam.

4..Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman maka perlu dilakukan perlakuan pemotongan ujung umbi.  Pemotongan ujung umbi bibit ini ini dimaksudkan untuk membuang penghambat tumbuh tunas umbi yang  berada pada ujung umbi.  Pemotongan ujung umbi ditentukan atas dasar lama penyimpanan bibit atau masa dormance.  Besar pemotongan ujung umbi ditentukan oleh varietas dan lama penyimpanan, semakin lama masa penyimpanan maka semakin sedikit pemotongan ujung umbinya.


Berikut contoh besar pemotongan ujung umbi:
No.
Varietas
Lama penyimpanan
bulan
Panjang pemotongan ujung
umbi
1.
Ex. Philipina
1 – 2
Dipotong  30 %


3 - 4
Dipotong  20 %


4 - 6
Dipotong  10 %


7 - 8
Dibuang kuncupnya


 

2.
Bauji
1
Dipotong  20 %


2
Dipotong  10%


3-4
Dibuang kuncupnya

a..Pembuatan lubang tanam
Pembuatan lubang tanam  dengan menggunakan sosrok dengan kedalaman disesuiakan dengan panjang bibit, semakin panjang ukuran bibit maka semakin dalam pembuatan lubang, demikian sebaliknya,
b..Pembenaman
Pembenaman umbi diupayakan sampai ¾ bagian umbi masuk kedalam lubang yang telah disiapkan sebelumnya. Jarak tanam pada musim kemarau 15 x 15 cm dan pada musim hujan 15 x 20 cm.

c..Perlakuan bibit.
Sebelum umbi dibenamkan dapat dilakukan pencampuran dengan PGPR, 2 jam sebelum tanam   bibit bawang merah yang siap ditanam disemprot  merata dengan larutan PGPR dengan dosis 10 cc/ltr air. Hal ini digunakan sebagai perangsang tumbuh juga untuk mengendalikan penyakit akar dan moler.

5..Pemupukan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung dengan situasi setempat, jika kelebihan Urea atau ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, akan tetapi jika kurang, pertumbuhan terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.






Pemupukan dapat diberikan sebanyak tiga kali, yaitu satu kali pupuk dasar dan dua kali pupuk susulan :
No
Pemupukan
Jenis
Dosis
Aplikasi
1.
Dasar
Organik/bokashi
2 – 5 ton/ha
Sebelum/saat tanam


Urea
20 – 40 kg/ha
Sebelum/saat tanam


ZA
70 – 150 kg/ha
Sebelum/saat tanam


SP-36/superphost
150 – 250 kg/ha
Sebelum/saat tanam


atau
 



NPK (15-15-15)
200 kg/ha
Sebelum/saat tanam



 

2.
Susulan I
Urea
50 – 90 kg/ha
14 hari setelah tanam


ZA
100 – 200 kg/ha
14 hari setelah tanam


KCl
100 – 140 kg/ha
14 hari setelah tanam


Atau
 



NPK (15-15-15)
200 kg/ha
14 hari setelah tanam



 

3.
Susulan II
Urea
30 – 70 kg/ha
28 hari setelah tanam


ZA
70 – 150 kg/ha
28 hari setelah tanam


KCL
120 -  170 kg/ha
28 hari setelah tanam


Atau
 



NPK (15-15-15)
150 kg/ha
28 hari setelah tanam



 


Total pemupukan
Jenis
Jumlah



Organik/bokashi
2 – 5 ton/ha



Urea
100 – 200 kg/ha



ZA
240 – 500 kg/ha



SP-36/Superphost
150 – 250 kg/ha



atau
 



NPK (15-15-15)
550 kg/ha






6..Perawatan
Perawatan meliputi pembenahan bibit, penyiangan, pendangiran,pembenahan tembok/galeng bedeng, pengairan  dan pemberantasan OPT.
a..Pembenahan bibit
Pembenahan umbi bibit segera dilakukan jika terdapat bibit yang tidak berada  pada lubang tanam akibat pendistribusian air (ebor), atau bibit yang terbalik dan  bibit yang tidak dapat tumbuh karena kesalahan pemotongan ujung (bodong), hal ini bibit dapat dipotong ulang atau diganti bibit yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b..Penyiangan
Penyiangan perlu dilakukan jika terdapat tumbuhan pengganggu. Hal ini agar tanaman agar tanaman terlindungi dari gangguan rumput-rumput liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman bawanng merah :
Gulma/rumput dapat menganggu tanaman utama karena :
-          Terganggunya perakaran tanaman
-          Terganggunya penyerapan unsure hara/persaingan makan
-          Terganggunga ekologi mikro (sinar matahari terganggu dan kelembapan tinggi)
-          Dapat menjadi inang hama dan penyakit bawang merah
c..Pendangiran
Pendangiran dilakukan dengan tujuan agar tanah disekitar pertanaman tetap gembur sehingga penetrasi akar menjadi mudah, mengatur kelembaban tanah dan mempertiinggi jumlah pori-pori tanah sehingga udara dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan pernafasan bawang merah.
Pendangiran sebaiknya dilakukan pada fase pertumbuhan batang, yaitu setelah umur 20 hari setelah tanam, yaitu dengan cara 2 s/d 3 sebelum dan sesudah pendangiran pemberian air dihentikan. Dan pendangiran tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan ke II, agar pupuk terbenam kedalam tanah.
Dalam melakukan pendangiran perlu dilakukan secara hati-hati agar tanaman tidak terungkit keluar atau tanaman menjadi layu, dan diupayakan kedalaman cukup serta tanah  hasil pendangiran dibumbunkan dipangkal batang tanaman bawang merah, agar  batang berubah menjadi besar dalam bentuk umbi.

d..Pembenahan tembok galeng
Pembenahan tembok galeng pada bedengan  perlu dilakukan agar :
-          Mencegah erosi permukaan akar
-          Mencegah larutnya pupuk dari media tanam
-          Mencegah rusaknya petakan media tanam
-          Dapat menampung air yang diberikan pada saat ebor.
Pembenahan tembok galeng ini perlu dilakukan setiap saat terjadi kerusakan sampai menjelang masa panen.
e..Pengairan
Pemberian air dilakukan berdasar fase pertumbuhan bawang merah, seperti diketahui bawang merah terdapat tiga fase pertumbuhan :
1..Fase pertumbuhan awal  (0 – 10 hari setelah tanam)
Pada fase pertumbuhan awal pengairan diberikan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.  Penyiraman di pagi hari diusahakan sepagi mungkin di saat daun bawang merah masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit.  Penyiraman sore hari dapat dihentikan jika prosentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %.
Air yang digunakan diusahakan bebas dari penyakit bawang merah juga dihindari air dengan salinitas tinggi,  dan tinggi permukaan air dalam canal (got) dipertahankan 20 cm dari permukaan bedeng tanaman.


2..Fase pertumbuhan vegetative (11 – 35 hari setelah tanam)
Penyiraman atau pengairan dilakukan satu hari sekali yaitu pada pagi hari, dan jika ada hujan rintik-rintik dan ada serangan thrips dilakukan penyiraman pada siang hari.
3..Fase pembentukan umbi (36 – 50 hari setelah tanam)
Pada fase ini dibutuhkan air yang cukup untuk pembentukan umbi, maka pada musim kemarau perlu dilakukan pengairan sehari dua kali, yaitu pada pagi dan sore hari.
4..Fase pematangan umbi (51 – 65 hari setelah tanam)
Pada fase ini tidak dibutuhkan banyak air maka penyiraman dapat disesuaikan dengan keadaan tanaman.






II. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma.  Hama dapat menimbulkan gangguan pada tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata dan moluska.  Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma dan virus. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim.  Sehingga tidak heran jika pada musim penghujan dunia pertanian sangat disibukkan oleh masalah penyakit tanaman.
A..Hama Penting Pada Tanaman Bawang Merah
1..Ulat Bawang (Spodoptera exigua atau S. litura)
Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Telur akan menetas dalam waktu 5 – 7 hari pada kondisi normal. Telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Biasanya tanaman bawang merah sering terserang ulat grayak jenis spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam diperut/kalung hitam di leher. Larva akan tinggal didalam daun dan memakan dari dalam. Dimulai dari ujung daun, ulat memakan jaringan tanaman bagian dalam, sehingga yang tertinggal hanya jaringan epidermisnya saja.  Daun berwarna kecoklatan dan pada tahap selanjutnya daun akan mati dan akhirnya tanaman juga akan mati.
Pupa (kepompong) ulat grayak
-          Pupa (kepompong) dijumpai didalam tanah
-          Pupa berwarna coklat dan panjangnya +- 2 cm
-          Lama masa pupa bervariasi tergantung dari kondisi lingkungan.
Imago (serangga dewasa)
-          Imago mempunyai panjang 1,5 cm
-          Sayap imago mempunyai panjang +-2,5 cm
-          Warna tubuh dan sayap adalah abu-abu keperakan atau abu-abu kecoklatan.
-          Sayap depan mempunyai bercak ditengahnya. Sayap belakang lebih pucat dengan tepi berwarna lebih gelap.
Cara pengendalian adalah dengan memetik daun bawang merah yang terserang (petan). Dan jika populasi sudah diatas ambang dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida Hostathion 40 EC, Buldog, Lanet dll, dengan dosis 2 cc/ltr air.
Atau dengan Curacron 500 EC, 2 ml/ltr air bergantian Proclaim 5 SG 2 g/ltr air atau Match 50 EC  1 ml/ltr air


Cara pengendalian ramah lingkungan :
Pengendalian ini dengan menggunakan lampu perangkap yang dipasang disawah, dengan jarak 20 cm X 20 cm, sehingga dalam satu hektar diperlukan 25 s/d 30 lampu.  Pemasangan perangkap lampu ini diletakkan tidak lebih 40 cm diatas permukaan bedengan.
2..Ulat tanah
Ulat ini berwarna coklat hitam. Pada bagian pucuk/titik tumbuhnya atau tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja atau malam hari . jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang menjadi sarangnya.
3..Thrips
Thrips biasanya hidup disela-sela daun, serangga betina dapat meletakkan telur sekitar 80 buah yang akan menetas dalam waktu 5 – 10 hari. Siklus hidupnya berkisar antara 7 – 21 hari tergantung dengan kondisi lingkungan. Ukuran serangga dewasa adalah 1 – 2 mm.
Thrips mulai menyerang pada pertanaman umur 30 hari setelah tanam, karena kelembaban disekitar tanaman relative tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal.  Daun bawang merah yang terserang berwarna putih mengkilat seperti perak, serangan yang parah daun menjadi layu.  Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70 %. Jika ditemukan serangan penyiraman dikalukan pada siang hari, amati predator berupa kumbang macan.
Semprotkan curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/ltr air
4..Pengorok daun (Liriomyza, Spp)
Belatung hama pengorok daun tinggal dan makan dari dalam jaringan daun, sehingga berbentuk korokan atau guratan pada daun. Siklus hidup berkisar 2 minggu. Serangan yang parah akan menyebabkan seluruh jaringan daun mati dan akhirnya tanaman juga mati.
Pengendalian menggunakan Trigard 75 WP 2 gram/ltr air dan bergantian dengan agrimec 18 EC 0,5 cc/ltr.

B..Penyakit Penting Pada Tanaman Bawang Merah.
1..Layu  ( Jamur Fusarium oxysporum)
Penyakit yang perlu diwaspadai pada saat awal pertumbuhan adalah layu fusarium.  Gejala awal dari penyakit ini adalah ditandai dengan menguningnya daun bawang merah, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (ngoler). Tanaman yang terserang dicabut dan dibakar atau dibuang jauh dari pertanaman.

Pengendalian dengan menggunakan agens hayati PGPR
Dari hasil penelitian (santoso, 2007), bahwa pemakaian PGPR dapat mengendalikan penyakit ngoler dan mampu meningkatkan produksi bawang merah.  Bakteri Pseudomonas fluorescens yang terdapat pada PGPR mampu menghasilkan zat perangsang pertumbuhan tanaman dan juga mampu menekan pertumbuhan pathogen, sehingga dapat berfungsi ganda, yaitu meningkatkan produksi dan mengendalikan penyakit.
Cara pemakaian :
Perlakuan bibit : Semprot bibit saat akan ditanam setelah dipotong ujungnya dengan larutan PGPR dengan dosis 10 cc PGPR/liter air.
Semprot : Dengan dosis 10 cc PGPR/liter air, pada tanaman umur 10, 20 dan 30 hari setelah tanam, dengan volume semprot 500 ltr larutan/ha.
2..Trotol  atau bercak ungu (Jamur Altemaria porii)
Penyebaran penyakit ini melalui umbi atau percikan air dari tanah.  Gejala serangan ditandai dengan terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mengering ujung-ujungnya.  Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Setelah 3 – 4 minggu dari timbulnya gejala awal daun akan roboh dan jaringan daun akan mati.  Langkah preventif jika ada hujan rintik-rintik segera lakukan penyiraman.
Pengendalian secara preventif :
Dengan menggunakan agens hayati Trichoderma, Spp. Dengan dikocorkan atau disemprotkan pada pangkal batang dengan konsentrasi 10 ml/ltr air. Aplikasi dilakukan pada tanaman berumur 10, 20, 30 dan 40 hari setelah tanam.
3..Antraknose atau otomatis (Jamur Collectotricum gloesporiodes)
Gejala serangannya adalah ditandai ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang menyebabkan patahnya daun secara serentak/otomatis.  Serangan pada umbi adalah berupa bercak berwarna hijau tua atau hitam. Serangan pada umbi akan menyebabkan daun menjadi berkelok-kelok tumbuhnya, sehingga tidak lurus ke atas seperti seharusnya. Penyakit menyebar melalui angina tau percikan air. Jika terdapat serangan segera tanaman dicabut dibakar atau dibuang jauh dari pertanaman.
Pengendalian :
-          Memperbaiki aerasi dan drainase, agar pada lingkungan pertanaman tidak ada air yang tergenang dan kelembaban tidak terlalu tinggi  sehingga cendawan tidak dapat berkembang dengan baik.
-          Memperlebar jarak tanam terutama pada musim hujan
-      Rotasi dengan tanaman lain.
4..Virus
Gejala pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung kesegala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai tanaman bebas virus serta pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan. Virus ini ditularkan oleh hama golongan penusuk penghisap.
Pengendalian :
Belum ada produk yang direkomendasikan untuk pengendalian virus. Oleh sebab itu dikendalikan vektornya.
Pengendalian kutu vektor:
Pengendalian dilakukan dengan Agens hayati Verticillium, Sp dengan konsentrasi 5 – 10 cc/ltr air. Dan penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari, menjelang matahari terbenam.
5..Busuk umbi
Umbi yang terserang menjadi busuk dan berbau, biasanya menyerang pada tanah yang becek, drainase jelek.


C. Musuh Alami Hama Bawang Merah
1..Kumbang koksi
Kumbang koksi adalah musuh alami dari thrips dan kutu daun
2..Kumbang paedarus
Kumbang paedarus adalah juga musuh alami dari thrips dan kutu daun
3..Laba-laba
Laba-laba adalah predator ulat grayak, ulat bawang dan kutu daun









III. PANEN
Bawang merah dapat dipanen pada umur 55 hari untuk bawang merah konsumsi dan umur 60 – 80 hari untuk bawang merah bibit.  Ciri-ciri bawang merah yang siap dipanen adalah pangkal daun menipis, daun tampak menguning, lebih 60 % daun rebah dan buah tampak mengambang dengan warna merah dan keras.
Cara pemanenan bawang merah terdapat beberpa hal yang perlu diperhatikan :
- Penyiraman dihentikan 4 – 5 hari sebelum panen
- Pencabutan dilakukan dengan hati-hati agar daun tidak banyak yang putus
- Dipanen setelah daun-daun berwarna kuning dan telah rebah.
- Umur tanaman antara 72 – 80 hari setelah tanam
Bila disimpan maka perlu dilakukan pengeringan dan diunting (diikat)
1.. Teknologi pengeringan Penyimpanan Bawang Merah
Pada panen raya dimana produksi sangat melimpah harga jual yang diterima petani sangatlah rendah, bahkan tidak seimbang dengan biaya panen.  Bawang merah merupakan salah satu komoditas pertanian yang mudah rusak. Kerusakan pasca panen yang sering terjadi pada bawang merah adalah tumbuhnya tunas, pelunakan umbi , tumbuhnya akar dan busuk serta munculnya jamur berwarna gelap akibat kapang. Kerusakan ini berakibat menurunnya daya simpan serta mutu bawang merah. Untuk menangani ini diperlukan penanganan pasca panen yang tepat.
Titik kritis penanganan pasca panen bawang merah adalah apabila panen pada saat musim hujan adalah pada saat pengeringan atau pelayuan daun dan umbi.  Kegagalan proses pelayuan daun dapat mengakibatkan infeksi bakteri pembusuk. Sedangkan kegagalan pengeringan umbi dapat menyebabkan turunnya daya simpan , umbi cepat busuk, bertunas dan tumbuh akar.  Kehilangan akibat kerysakan ini dapat mencapai 20 – 40 %.  Selama ini pengeringan yang dilakukan petani adalah dengan menggunakan sinar matahari, hal ini dapat dilakukan selama 7 -  9 hari.  Pada saat udara cerah pengeringan dapat dilakukan lebih cepat, namun pada saat mendung bahkan hujan pengeringan tidak dapa dilakukan sama sekali, sehingga bawang merah menjadi cepat busuk.

2. Instore drying (Bangunan pengering)
Bangunan ini terbuat dari atap dari fiber glass dilengkapi dengan aerasi udara (Ball window), dinding terbuat dari fibre glass, rak pengering penyimpanan berupa rak gantung  terbuat dari bambu. Bangunan dengan ukuran 6 m x 6 m dengan tinggi 3 m, dapat digunakan untuk menyimpan/mengeringkan bawang merah sebanyak 5 – 10 ton. Kerusakan penyimpanan dengan bangunan ini mencapai 0,24 %, sedangkan pengeringan dengan sinar matahari pada cuaca cerah mencapai 1,68 %.
3..Prosessing benih.
- Pengeringan umbi dilakukan dengan dijajar berbaris selebar bedengan dengan umbi bawang merah ditutup 1/3 dari daun cabutan berikutnya dan dikeringkan selama 4 – 5 hari.
- Pengeringan dihentikan jika umbi kelihatan mengkilap, lebih merah, leher umbi tampak keras  dan apabila terkena sentuhan terdengar gemersik.
- Sortasi dilakukan setelah dilakukan pengeringan
- Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau digantung dengan kadar air 80 – 85 %.
- Ruang penyimpanan harus bersih, cukup ventilasi dan tidak dicampur dengan komoditas lain, dengan suhu ruangan 30 – 33oCn dan kelembaban 55 – 75 %
- Setelah 1 – 1,5 bulan penyimpanan, dilakukan sortasi terhadap umbi bawang merah yang keropos/busuk.
-    Diberi fungisida/insektisida, ditaburkan dibagian diantara umbi dan ikatan dalam.
-    Benih bawang merah jika disimpan dengan baik, dapat bertahan lama didalam ruang penyimpanan.

4..lama Penyimpanan Umbi Bibit Bawang Merah
Lama penyimpanan umbi bibit bawang merah adalah, masa atau waktu yang digunakan untuk menyimpan benih, yang untuk selanjutnya disebut dengan masa dormasi. Selanjutnya menurut Wibowo (1987) bahwa umbi bawang merah yang siap di tanam paling tidak telah disimpan (masa dormance 4 – 8 bulan) pada saat tersebut apabila umbi bawang dibelah telah mulai tumbuh tunasnya yang berwarna hijau yang panjangnya sekitar separoh panjang umbi sampai dengan ujung umbi, hal ini tergantung dari varietas bawang merah, sebab untuk masing-masing varietas bawang merah memiliki masa dormance yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan criteria pokok untuk dapat menilai apakah umbi siap digunakan bibit atau belum., yang juga untuk menentukan perlakuan berikutnya, apakah umbi bibit perlu dipotong ujungnya apa tidak pada saat penanaman. Pemotongan ujung umbi didasarkan pada lama masa dormance dari bibit.

























 






 






 






 






 






 






 






 






 






 






 






 






 






 
 
9.900.000




 
 
3.080.000




 
 
 




 
 
192.500




 
 
1.120.000




 
 
2.625.500




 
 
3.500.000




 
 
 




 
 
875.000




 






 






 



B. Unsur Biaya Tetap
No
Uraian
Jumlah
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Jumlah Harga (Rp)
Umur (bln)
Penyusutan/ Bln/Buah
( Rp)
1
Sewa Lahan
 
ha
 
 
 
 
3
Hand Sprayer
 
buah
 
 
 
 
4.
Pajak
 
ha
 
 
 
 
5.
Bunga Bank


 
 
 
 

Jumlah


 
 
 
 

C. Hasil Penjualan Bawang Merah
No
Hasil Produk
Jumlah
Satuan
 
Harga Satuan (Rp)
Jumlah Nilai (Rp)
1.
Bawang Merah
 
 
 
 

Jumlah
 

 
 








D. Perhitungan Keuntungan atau Kerugian (Rugi Laba)
No
Uraian
Jumlah
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Jumlah Nilai (Rp)
1.
Hasil Penjualan
 
 
 
 
2.
Total Biaya
a.Biaya tidak tetap
b.Penyusutan

Jumlah Biaya
 

 
 
3.
Keuntungan (1-2)
 

 
 

B/C Ratio
 

 
 

HPP
 

 
 

HJP