Kamis, 26 Januari 2012

BUDIDAYA BAWANG MERAH

I. BUDIDAYA BAWANG MERAH
Budidaya bawang merah merupakan usaha yang sangat menguntungkan dan sekaligus mengandung resiko tinggi terhadap kerugian.  Kegagalan dalam budidaya bawang merah dapat terjadi pada : pola tanam, pemilihan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, perawatan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pemanenan dan penanganan pasca panen.  Rata-rata produksi bawang merah di pulau jawa adalah 7,42 – 9,94 ton/ha, hal ini masih dibawah rata-rata potensi hasil bawang merah (Deptan, 2004). Untuk itu penanganan yang terintegrasi pada masing-masing tahap adalah sangat menentukan keberhasilan petani bawang merah.
1..Pola Tanam
Pola tanam bawang merah disesuaikan dengan tujuan penanaman, yaitu bawang merah konsumsi dan bawang merah bibit.
Rotasi tanam sangatlah penting  serta  pengelolaaan tanam secara serempak akan menjamin kesuburan tanah dan pengendalian hama dan penyakit. Produktifitas lahan yang tinggi perlu diupayakan dengan menjaga tanah tidak boleh dibiarkan memiliki salinitas tinggi dan drainase jelek.


Contoh pergiliran tanaman :
No.
Bulan
Tanaman
Tujuan
1.
Desember - Maret
Padi
Tanaman pangan
2.
Maret - Mei
Padi/Jagung
Tanaman pangan
3.
Juni - Agustus
Bawang merah
Konsumsi
4.
September - Nopember
Bawang merah
Bibit

2..Pemilihan Bibit
Pada umumnya bawang merah bawang merah diperbanyak dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah.  Umbi bibit yang baik adalah harus diperoleh dari tanaman yang sudah cukup tua umurnya, yaiti sekitar 70 – 80 hari setelah tanam.  Umbi bibit sebaiknya berukuran sedang (5 – 10 gram/umbi).  Penampilan umbi harus segar dan sehat  (padat dan tidak keriput) dan warnanya cerah (tidak kusam). Umbi bibit siap ditanam jika sudah disimpan selama 2 – 4 bulan setelah panen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi.  Cara penyimpanan umbi bibit yang baik adalah dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau disimpan di gudang khusus dengan menggunakan pengasapan.
Faktor yang cukup menentukan kualitas umbi bibit bawang merah adalah ukuran umbi.  Berdasarkan ukuran umbi dapat digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu :
-          Umbi ukuran besar     ; Diamater > 1,8 cm atau > 10 gram
-          Umbi ukuran sedang   : Diameter  1,5 – 1,8 cm atau 5 – 10 gram
-          Umbi ukuran kecil       : Diameter < 1,5 cm atau < 5 gram
Secara umum umbi yang baik adalah yang berukuran sedang.  Umbi berukuran sedang adalah merupakan umbi ganda  dengan rata-rata terdiri dari 2 siung umbi, sedang umbi besar rata-rata memiliki 3 siung umbi.
Banyaknya umbi bibit yang diperlukan dapat diperhitungkan berdasarkan jarak tanam dan berat umbi bibit.  Kebutuhan umbi bibit tiap hektarnya berkisar 600 – 1.200 kg.

3..Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah pada umumnya dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya bawang merah .
a..Pemanfaatan lahan berat (struktur liat)
Tanah liat memiliki daya pegang yang kuat terhadap air, maka pembuatan got/saluran drainase memegang peranan penting bagi pertumbuhan bawang merah.  Pembuatan got keliling, got antar bedengan , kedalaman got dan lebar bedengan harus mampu menjamin kelembaban tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh bawang merah. Pada umumnya pengolahan tanah pada tanah liat adalah dengan menggunakan sistim cemplong dengan pengolahan sebagai berikut :
a.      Tanah dicangkul atau dibajak tipis
b.      Pembuatan got keliling dengan lebar 40 cm dan kedalaman 90-100 cm.
c.       Cemplong  (got) jarak antar bedengan 60 cm dan dalam 30 – 40 cm dan tanah dinaikkan ke atas petak. Sedangkan lebar bedengan 2900 cm.
d.      Cecel (kecrik) pada tanah yang telah dinaikkan  dari tanah hasil cemplong yng telah dikeingkan.
e.      Cecel II (kecrik II)  pada tanah yang telah dikecrik I sehingga diperoleh gumpalan tanah yang lebih kecil.
f.        Perataan tanah dengan cangkul sehingga diperoleh hasil tanah yang bertekstur remah.
g.      Sosrok, membuat jarak tanam yang disesuaikan dengan diameter umbi bibit, makin besar umbi bibit maka makin jarang jarak tanam.

b..Pemanfaatan lahan ringan (struktur berpasir)
Tanah ringan memiliki sifat kemampuan ikat pada air lebih kecil, maka pemanfaatan lah dapat menggunakan sistim bedeng dengan kedalaman saluran drainase yang lebih dangkal dan lebar saluran drainase yang lebih sempit, namun pembuatan got keliling harus lebih dalam dari pada saluran drainase antar bedengan guna menampung lapisan tanah atas yang ikut larut selama pengairan lahan tanaman bawang merah.
a.      Tanah dicangkul/dibajak sedalam 30 cm, dan dipetak-petak
b.      Bedengan dibuat dengan ukuran 1 – 2 m dan panjang disesuaikan.
c.       Dibuat parit tepi (saluran drainase) disekeliling petak dengan ukuran  lebar 60 cm dan kedalaman 50 cm.
d.      Got (saluran air) dalam petak, lebar 50 cm dan dalam 40 cm.
e.      Tanah diratakan dan dibuat bagian tengan agak tinggi (geger welut)
f.        Membuat jarak tanam disesuaikan dengan diameter bibit, makin besar bibit maka lebih besar jarak tanam.

4..Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman maka perlu dilakukan perlakuan pemotongan ujung umbi.  Pemotongan ujung umbi bibit ini ini dimaksudkan untuk membuang penghambat tumbuh tunas umbi yang  berada pada ujung umbi.  Pemotongan ujung umbi ditentukan atas dasar lama penyimpanan bibit atau masa dormance.  Besar pemotongan ujung umbi ditentukan oleh varietas dan lama penyimpanan, semakin lama masa penyimpanan maka semakin sedikit pemotongan ujung umbinya.


Berikut contoh besar pemotongan ujung umbi:
No.
Varietas
Lama penyimpanan
bulan
Panjang pemotongan ujung
umbi
1.
Ex. Philipina
1 – 2
Dipotong  30 %


3 - 4
Dipotong  20 %


4 - 6
Dipotong  10 %


7 - 8
Dibuang kuncupnya


 

2.
Bauji
1
Dipotong  20 %


2
Dipotong  10%


3-4
Dibuang kuncupnya

a..Pembuatan lubang tanam
Pembuatan lubang tanam  dengan menggunakan sosrok dengan kedalaman disesuiakan dengan panjang bibit, semakin panjang ukuran bibit maka semakin dalam pembuatan lubang, demikian sebaliknya,
b..Pembenaman
Pembenaman umbi diupayakan sampai ¾ bagian umbi masuk kedalam lubang yang telah disiapkan sebelumnya. Jarak tanam pada musim kemarau 15 x 15 cm dan pada musim hujan 15 x 20 cm.

c..Perlakuan bibit.
Sebelum umbi dibenamkan dapat dilakukan pencampuran dengan PGPR, 2 jam sebelum tanam   bibit bawang merah yang siap ditanam disemprot  merata dengan larutan PGPR dengan dosis 10 cc/ltr air. Hal ini digunakan sebagai perangsang tumbuh juga untuk mengendalikan penyakit akar dan moler.

5..Pemupukan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung dengan situasi setempat, jika kelebihan Urea atau ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, akan tetapi jika kurang, pertumbuhan terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.






Pemupukan dapat diberikan sebanyak tiga kali, yaitu satu kali pupuk dasar dan dua kali pupuk susulan :
No
Pemupukan
Jenis
Dosis
Aplikasi
1.
Dasar
Organik/bokashi
2 – 5 ton/ha
Sebelum/saat tanam


Urea
20 – 40 kg/ha
Sebelum/saat tanam


ZA
70 – 150 kg/ha
Sebelum/saat tanam


SP-36/superphost
150 – 250 kg/ha
Sebelum/saat tanam


atau
 



NPK (15-15-15)
200 kg/ha
Sebelum/saat tanam



 

2.
Susulan I
Urea
50 – 90 kg/ha
14 hari setelah tanam


ZA
100 – 200 kg/ha
14 hari setelah tanam


KCl
100 – 140 kg/ha
14 hari setelah tanam


Atau
 



NPK (15-15-15)
200 kg/ha
14 hari setelah tanam



 

3.
Susulan II
Urea
30 – 70 kg/ha
28 hari setelah tanam


ZA
70 – 150 kg/ha
28 hari setelah tanam


KCL
120 -  170 kg/ha
28 hari setelah tanam


Atau
 



NPK (15-15-15)
150 kg/ha
28 hari setelah tanam



 


Total pemupukan
Jenis
Jumlah



Organik/bokashi
2 – 5 ton/ha



Urea
100 – 200 kg/ha



ZA
240 – 500 kg/ha



SP-36/Superphost
150 – 250 kg/ha



atau
 



NPK (15-15-15)
550 kg/ha






6..Perawatan
Perawatan meliputi pembenahan bibit, penyiangan, pendangiran,pembenahan tembok/galeng bedeng, pengairan  dan pemberantasan OPT.
a..Pembenahan bibit
Pembenahan umbi bibit segera dilakukan jika terdapat bibit yang tidak berada  pada lubang tanam akibat pendistribusian air (ebor), atau bibit yang terbalik dan  bibit yang tidak dapat tumbuh karena kesalahan pemotongan ujung (bodong), hal ini bibit dapat dipotong ulang atau diganti bibit yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b..Penyiangan
Penyiangan perlu dilakukan jika terdapat tumbuhan pengganggu. Hal ini agar tanaman agar tanaman terlindungi dari gangguan rumput-rumput liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman bawanng merah :
Gulma/rumput dapat menganggu tanaman utama karena :
-          Terganggunya perakaran tanaman
-          Terganggunya penyerapan unsure hara/persaingan makan
-          Terganggunga ekologi mikro (sinar matahari terganggu dan kelembapan tinggi)
-          Dapat menjadi inang hama dan penyakit bawang merah
c..Pendangiran
Pendangiran dilakukan dengan tujuan agar tanah disekitar pertanaman tetap gembur sehingga penetrasi akar menjadi mudah, mengatur kelembaban tanah dan mempertiinggi jumlah pori-pori tanah sehingga udara dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan pernafasan bawang merah.
Pendangiran sebaiknya dilakukan pada fase pertumbuhan batang, yaitu setelah umur 20 hari setelah tanam, yaitu dengan cara 2 s/d 3 sebelum dan sesudah pendangiran pemberian air dihentikan. Dan pendangiran tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan ke II, agar pupuk terbenam kedalam tanah.
Dalam melakukan pendangiran perlu dilakukan secara hati-hati agar tanaman tidak terungkit keluar atau tanaman menjadi layu, dan diupayakan kedalaman cukup serta tanah  hasil pendangiran dibumbunkan dipangkal batang tanaman bawang merah, agar  batang berubah menjadi besar dalam bentuk umbi.

d..Pembenahan tembok galeng
Pembenahan tembok galeng pada bedengan  perlu dilakukan agar :
-          Mencegah erosi permukaan akar
-          Mencegah larutnya pupuk dari media tanam
-          Mencegah rusaknya petakan media tanam
-          Dapat menampung air yang diberikan pada saat ebor.
Pembenahan tembok galeng ini perlu dilakukan setiap saat terjadi kerusakan sampai menjelang masa panen.
e..Pengairan
Pemberian air dilakukan berdasar fase pertumbuhan bawang merah, seperti diketahui bawang merah terdapat tiga fase pertumbuhan :
1..Fase pertumbuhan awal  (0 – 10 hari setelah tanam)
Pada fase pertumbuhan awal pengairan diberikan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.  Penyiraman di pagi hari diusahakan sepagi mungkin di saat daun bawang merah masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit.  Penyiraman sore hari dapat dihentikan jika prosentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %.
Air yang digunakan diusahakan bebas dari penyakit bawang merah juga dihindari air dengan salinitas tinggi,  dan tinggi permukaan air dalam canal (got) dipertahankan 20 cm dari permukaan bedeng tanaman.


2..Fase pertumbuhan vegetative (11 – 35 hari setelah tanam)
Penyiraman atau pengairan dilakukan satu hari sekali yaitu pada pagi hari, dan jika ada hujan rintik-rintik dan ada serangan thrips dilakukan penyiraman pada siang hari.
3..Fase pembentukan umbi (36 – 50 hari setelah tanam)
Pada fase ini dibutuhkan air yang cukup untuk pembentukan umbi, maka pada musim kemarau perlu dilakukan pengairan sehari dua kali, yaitu pada pagi dan sore hari.
4..Fase pematangan umbi (51 – 65 hari setelah tanam)
Pada fase ini tidak dibutuhkan banyak air maka penyiraman dapat disesuaikan dengan keadaan tanaman.






II. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma.  Hama dapat menimbulkan gangguan pada tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata dan moluska.  Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma dan virus. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim.  Sehingga tidak heran jika pada musim penghujan dunia pertanian sangat disibukkan oleh masalah penyakit tanaman.
A..Hama Penting Pada Tanaman Bawang Merah
1..Ulat Bawang (Spodoptera exigua atau S. litura)
Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Telur akan menetas dalam waktu 5 – 7 hari pada kondisi normal. Telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Biasanya tanaman bawang merah sering terserang ulat grayak jenis spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam diperut/kalung hitam di leher. Larva akan tinggal didalam daun dan memakan dari dalam. Dimulai dari ujung daun, ulat memakan jaringan tanaman bagian dalam, sehingga yang tertinggal hanya jaringan epidermisnya saja.  Daun berwarna kecoklatan dan pada tahap selanjutnya daun akan mati dan akhirnya tanaman juga akan mati.
Pupa (kepompong) ulat grayak
-          Pupa (kepompong) dijumpai didalam tanah
-          Pupa berwarna coklat dan panjangnya +- 2 cm
-          Lama masa pupa bervariasi tergantung dari kondisi lingkungan.
Imago (serangga dewasa)
-          Imago mempunyai panjang 1,5 cm
-          Sayap imago mempunyai panjang +-2,5 cm
-          Warna tubuh dan sayap adalah abu-abu keperakan atau abu-abu kecoklatan.
-          Sayap depan mempunyai bercak ditengahnya. Sayap belakang lebih pucat dengan tepi berwarna lebih gelap.
Cara pengendalian adalah dengan memetik daun bawang merah yang terserang (petan). Dan jika populasi sudah diatas ambang dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida Hostathion 40 EC, Buldog, Lanet dll, dengan dosis 2 cc/ltr air.
Atau dengan Curacron 500 EC, 2 ml/ltr air bergantian Proclaim 5 SG 2 g/ltr air atau Match 50 EC  1 ml/ltr air


Cara pengendalian ramah lingkungan :
Pengendalian ini dengan menggunakan lampu perangkap yang dipasang disawah, dengan jarak 20 cm X 20 cm, sehingga dalam satu hektar diperlukan 25 s/d 30 lampu.  Pemasangan perangkap lampu ini diletakkan tidak lebih 40 cm diatas permukaan bedengan.
2..Ulat tanah
Ulat ini berwarna coklat hitam. Pada bagian pucuk/titik tumbuhnya atau tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja atau malam hari . jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang menjadi sarangnya.
3..Thrips
Thrips biasanya hidup disela-sela daun, serangga betina dapat meletakkan telur sekitar 80 buah yang akan menetas dalam waktu 5 – 10 hari. Siklus hidupnya berkisar antara 7 – 21 hari tergantung dengan kondisi lingkungan. Ukuran serangga dewasa adalah 1 – 2 mm.
Thrips mulai menyerang pada pertanaman umur 30 hari setelah tanam, karena kelembaban disekitar tanaman relative tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal.  Daun bawang merah yang terserang berwarna putih mengkilat seperti perak, serangan yang parah daun menjadi layu.  Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70 %. Jika ditemukan serangan penyiraman dikalukan pada siang hari, amati predator berupa kumbang macan.
Semprotkan curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/ltr air
4..Pengorok daun (Liriomyza, Spp)
Belatung hama pengorok daun tinggal dan makan dari dalam jaringan daun, sehingga berbentuk korokan atau guratan pada daun. Siklus hidup berkisar 2 minggu. Serangan yang parah akan menyebabkan seluruh jaringan daun mati dan akhirnya tanaman juga mati.
Pengendalian menggunakan Trigard 75 WP 2 gram/ltr air dan bergantian dengan agrimec 18 EC 0,5 cc/ltr.

B..Penyakit Penting Pada Tanaman Bawang Merah.
1..Layu  ( Jamur Fusarium oxysporum)
Penyakit yang perlu diwaspadai pada saat awal pertumbuhan adalah layu fusarium.  Gejala awal dari penyakit ini adalah ditandai dengan menguningnya daun bawang merah, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (ngoler). Tanaman yang terserang dicabut dan dibakar atau dibuang jauh dari pertanaman.

Pengendalian dengan menggunakan agens hayati PGPR
Dari hasil penelitian (santoso, 2007), bahwa pemakaian PGPR dapat mengendalikan penyakit ngoler dan mampu meningkatkan produksi bawang merah.  Bakteri Pseudomonas fluorescens yang terdapat pada PGPR mampu menghasilkan zat perangsang pertumbuhan tanaman dan juga mampu menekan pertumbuhan pathogen, sehingga dapat berfungsi ganda, yaitu meningkatkan produksi dan mengendalikan penyakit.
Cara pemakaian :
Perlakuan bibit : Semprot bibit saat akan ditanam setelah dipotong ujungnya dengan larutan PGPR dengan dosis 10 cc PGPR/liter air.
Semprot : Dengan dosis 10 cc PGPR/liter air, pada tanaman umur 10, 20 dan 30 hari setelah tanam, dengan volume semprot 500 ltr larutan/ha.
2..Trotol  atau bercak ungu (Jamur Altemaria porii)
Penyebaran penyakit ini melalui umbi atau percikan air dari tanah.  Gejala serangan ditandai dengan terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mengering ujung-ujungnya.  Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Setelah 3 – 4 minggu dari timbulnya gejala awal daun akan roboh dan jaringan daun akan mati.  Langkah preventif jika ada hujan rintik-rintik segera lakukan penyiraman.
Pengendalian secara preventif :
Dengan menggunakan agens hayati Trichoderma, Spp. Dengan dikocorkan atau disemprotkan pada pangkal batang dengan konsentrasi 10 ml/ltr air. Aplikasi dilakukan pada tanaman berumur 10, 20, 30 dan 40 hari setelah tanam.
3..Antraknose atau otomatis (Jamur Collectotricum gloesporiodes)
Gejala serangannya adalah ditandai ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang menyebabkan patahnya daun secara serentak/otomatis.  Serangan pada umbi adalah berupa bercak berwarna hijau tua atau hitam. Serangan pada umbi akan menyebabkan daun menjadi berkelok-kelok tumbuhnya, sehingga tidak lurus ke atas seperti seharusnya. Penyakit menyebar melalui angina tau percikan air. Jika terdapat serangan segera tanaman dicabut dibakar atau dibuang jauh dari pertanaman.
Pengendalian :
-          Memperbaiki aerasi dan drainase, agar pada lingkungan pertanaman tidak ada air yang tergenang dan kelembaban tidak terlalu tinggi  sehingga cendawan tidak dapat berkembang dengan baik.
-          Memperlebar jarak tanam terutama pada musim hujan
-      Rotasi dengan tanaman lain.
4..Virus
Gejala pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung kesegala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai tanaman bebas virus serta pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan. Virus ini ditularkan oleh hama golongan penusuk penghisap.
Pengendalian :
Belum ada produk yang direkomendasikan untuk pengendalian virus. Oleh sebab itu dikendalikan vektornya.
Pengendalian kutu vektor:
Pengendalian dilakukan dengan Agens hayati Verticillium, Sp dengan konsentrasi 5 – 10 cc/ltr air. Dan penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari, menjelang matahari terbenam.
5..Busuk umbi
Umbi yang terserang menjadi busuk dan berbau, biasanya menyerang pada tanah yang becek, drainase jelek.


C. Musuh Alami Hama Bawang Merah
1..Kumbang koksi
Kumbang koksi adalah musuh alami dari thrips dan kutu daun
2..Kumbang paedarus
Kumbang paedarus adalah juga musuh alami dari thrips dan kutu daun
3..Laba-laba
Laba-laba adalah predator ulat grayak, ulat bawang dan kutu daun









III. PANEN
Bawang merah dapat dipanen pada umur 55 hari untuk bawang merah konsumsi dan umur 60 – 80 hari untuk bawang merah bibit.  Ciri-ciri bawang merah yang siap dipanen adalah pangkal daun menipis, daun tampak menguning, lebih 60 % daun rebah dan buah tampak mengambang dengan warna merah dan keras.
Cara pemanenan bawang merah terdapat beberpa hal yang perlu diperhatikan :
- Penyiraman dihentikan 4 – 5 hari sebelum panen
- Pencabutan dilakukan dengan hati-hati agar daun tidak banyak yang putus
- Dipanen setelah daun-daun berwarna kuning dan telah rebah.
- Umur tanaman antara 72 – 80 hari setelah tanam
Bila disimpan maka perlu dilakukan pengeringan dan diunting (diikat)
1.. Teknologi pengeringan Penyimpanan Bawang Merah
Pada panen raya dimana produksi sangat melimpah harga jual yang diterima petani sangatlah rendah, bahkan tidak seimbang dengan biaya panen.  Bawang merah merupakan salah satu komoditas pertanian yang mudah rusak. Kerusakan pasca panen yang sering terjadi pada bawang merah adalah tumbuhnya tunas, pelunakan umbi , tumbuhnya akar dan busuk serta munculnya jamur berwarna gelap akibat kapang. Kerusakan ini berakibat menurunnya daya simpan serta mutu bawang merah. Untuk menangani ini diperlukan penanganan pasca panen yang tepat.
Titik kritis penanganan pasca panen bawang merah adalah apabila panen pada saat musim hujan adalah pada saat pengeringan atau pelayuan daun dan umbi.  Kegagalan proses pelayuan daun dapat mengakibatkan infeksi bakteri pembusuk. Sedangkan kegagalan pengeringan umbi dapat menyebabkan turunnya daya simpan , umbi cepat busuk, bertunas dan tumbuh akar.  Kehilangan akibat kerysakan ini dapat mencapai 20 – 40 %.  Selama ini pengeringan yang dilakukan petani adalah dengan menggunakan sinar matahari, hal ini dapat dilakukan selama 7 -  9 hari.  Pada saat udara cerah pengeringan dapat dilakukan lebih cepat, namun pada saat mendung bahkan hujan pengeringan tidak dapa dilakukan sama sekali, sehingga bawang merah menjadi cepat busuk.

2. Instore drying (Bangunan pengering)
Bangunan ini terbuat dari atap dari fiber glass dilengkapi dengan aerasi udara (Ball window), dinding terbuat dari fibre glass, rak pengering penyimpanan berupa rak gantung  terbuat dari bambu. Bangunan dengan ukuran 6 m x 6 m dengan tinggi 3 m, dapat digunakan untuk menyimpan/mengeringkan bawang merah sebanyak 5 – 10 ton. Kerusakan penyimpanan dengan bangunan ini mencapai 0,24 %, sedangkan pengeringan dengan sinar matahari pada cuaca cerah mencapai 1,68 %.
3..Prosessing benih.
- Pengeringan umbi dilakukan dengan dijajar berbaris selebar bedengan dengan umbi bawang merah ditutup 1/3 dari daun cabutan berikutnya dan dikeringkan selama 4 – 5 hari.
- Pengeringan dihentikan jika umbi kelihatan mengkilap, lebih merah, leher umbi tampak keras  dan apabila terkena sentuhan terdengar gemersik.
- Sortasi dilakukan setelah dilakukan pengeringan
- Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau digantung dengan kadar air 80 – 85 %.
- Ruang penyimpanan harus bersih, cukup ventilasi dan tidak dicampur dengan komoditas lain, dengan suhu ruangan 30 – 33oCn dan kelembaban 55 – 75 %
- Setelah 1 – 1,5 bulan penyimpanan, dilakukan sortasi terhadap umbi bawang merah yang keropos/busuk.
-    Diberi fungisida/insektisida, ditaburkan dibagian diantara umbi dan ikatan dalam.
-    Benih bawang merah jika disimpan dengan baik, dapat bertahan lama didalam ruang penyimpanan.

4..lama Penyimpanan Umbi Bibit Bawang Merah
Lama penyimpanan umbi bibit bawang merah adalah, masa atau waktu yang digunakan untuk menyimpan benih, yang untuk selanjutnya disebut dengan masa dormasi. Selanjutnya menurut Wibowo (1987) bahwa umbi bawang merah yang siap di tanam paling tidak telah disimpan (masa dormance 4 – 8 bulan) pada saat tersebut apabila umbi bawang dibelah telah mulai tumbuh tunasnya yang berwarna hijau yang panjangnya sekitar separoh panjang umbi sampai dengan ujung umbi, hal ini tergantung dari varietas bawang merah, sebab untuk masing-masing varietas bawang merah memiliki masa dormance yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan criteria pokok untuk dapat menilai apakah umbi siap digunakan bibit atau belum., yang juga untuk menentukan perlakuan berikutnya, apakah umbi bibit perlu dipotong ujungnya apa tidak pada saat penanaman. Pemotongan ujung umbi didasarkan pada lama masa dormance dari bibit.

























 






 






 






 






 






 






 






 






 






 






 






 






 






 
 
9.900.000




 
 
3.080.000




 
 
 




 
 
192.500




 
 
1.120.000




 
 
2.625.500




 
 
3.500.000




 
 
 




 
 
875.000




 






 






 



B. Unsur Biaya Tetap
No
Uraian
Jumlah
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Jumlah Harga (Rp)
Umur (bln)
Penyusutan/ Bln/Buah
( Rp)
1
Sewa Lahan
 
ha
 
 
 
 
3
Hand Sprayer
 
buah
 
 
 
 
4.
Pajak
 
ha
 
 
 
 
5.
Bunga Bank


 
 
 
 

Jumlah


 
 
 
 

C. Hasil Penjualan Bawang Merah
No
Hasil Produk
Jumlah
Satuan
 
Harga Satuan (Rp)
Jumlah Nilai (Rp)
1.
Bawang Merah
 
 
 
 

Jumlah
 

 
 








D. Perhitungan Keuntungan atau Kerugian (Rugi Laba)
No
Uraian
Jumlah
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Jumlah Nilai (Rp)
1.
Hasil Penjualan
 
 
 
 
2.
Total Biaya
a.Biaya tidak tetap
b.Penyusutan

Jumlah Biaya
 

 
 
3.
Keuntungan (1-2)
 

 
 

B/C Ratio
 

 
 

HPP
 

 
 

HJP
 
 

1 komentar: